Menengok Pemukiman Muslim di Granada Tempo dulu.

12/13/2015
Granada Spanyol. 
Tour & Guide Maroko. Perkampungan Arab Jalanan yang sempit, menanjak, dan berbatuan khas Maghribi menjadi keunikan Albayzin. Kata ini berasal dari sekelompok umat muslim yang berpindah dari Kota Baeza ketika pasukan Kristen berhasil mengambil alih beberapa daerah di Andalusia pada abad ke-13.

Perkampungan ini berada di seberang Istana Alhambra, yang dipisahkan oleh Sungai Darro. Nuansa Timur Tengah seakan tak terelakkan. Eksotis. Beberapa warganya juga masih menggunakan bahasa Arab, tentunya mereka adalah imigran dari Maroko.

Penjaja suvenir beradu kepiawaian untuk menarik konsumen. Bermacam-macam, ada yang menawarkan keramik khas Andalusia, kain tenun Maroko sampai piring-piringan logam bertuliskan Alhambra. Yang paling banyak diminati turis, tentu, logo khas Alhambra bertuliskan ‘Wa La Ghalib Ila Allah’ yang terpahat apik di piring pajangan dengan background Istana Merah.

Hammam Al-Andalus Tak jauh dari penjual suvenir, tepatnya di Jalan Carrera del Darro, terdapat public bath atau yang lebih populer dengan sebutan Hammam.
Dahulu, dalam tradisi Arab Andalusia, public bath merupakan sarana yang digunakan tidak hanya untuk menyucikan diri, namun juga sebagai ruang publik. Isu-isu politik, sosial, dan agama tak jarang menjadi topik perbincangan masyarakat Andalusia ketika berada di Hammam.

Masyarakat Granada menyebutnya dengan El Banuelo, atau “Axares” yang diambil dari nama jalan ketika bangunan ini didirikan. El Banuelo, merupakan salah satu Hammam yang masih berdiri dan terpelihara dengan baik sampai sekarang.

Dibangun pada abad 11 M, kesan kokoh masih terlihat dari batu-batu bata yang menjadi fondasi dasar El Banuelo. Ketika masuk, saya terkesima dengan pantulan cahaya yang berbentuk seperti bintang perlahan masuk menerangi area tertentu yang dahulunya digunakan sebagai kolam. Kontras sekali dengan sudut lain yang terlihat gelap dengan pilar-pilar tegak seolah menjadi sekat yang tersusun.

Saya melihat distrik Albayzin ini merupakan ilustrasi Granada ratusan tahun yang lalu. Umat Muslim, Kristen dan Yahudi hidup berdampingan dengan damai tanpa ada pemaksaan satu dengan yang lain. Memakai bahasa yang sama, yaitu Arab, kultur, makanan, dan tradisi yang tidak berbeda. Sampai akhirnya, pasukan Kristen di bawah seruan Archbishop Talavera, mensterilkan seluruh wilayah Spanyol dari semua yang berbau Arab, Yahudi, dan Muslim pada tahun 1502.


Tapi sekarang, semua seolah berlalu. Distrik ini ingin memberikan kesan lain Granada yang baru, modern sekaligus eksotis. Tempat semua orang bisa duduk santai sembari menikmati Alhambra. Pemuda-pemuda Spanyol, Maroko (muslim) dan ribuan turis memadati jalan kecil nan sempit membawa romantismenya masing-masing.

Note:Jika anda merupakan wisatawan, rombongan wisata, jamaah Umroh plus Maroko, wisata Maroko, Travelling, atau rombongan dosen yang membutuhkan guide/tour leader berbahasa Indonesia selama di Maroko, silahkan kirim pesan langsung kepada kami, atau kontak kami di: 

  • Adress: Amrechich C M Nord Blog 70 NR 9 Marrakech, Maroko.
  • Email: sukmahadiadi@yahoo.com
  • Telepon: +212656865703
  • Whatsapp: +212634007045
  • PIN BB: 7F1AF9AF
Sekedar informasi, bahwa warga negara Indonesia mendapatkan free visa selama 3 bulan kunjungan di Maroko.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »